HEINSHAN
Rabu, 22 Januari 2014
Selasa, 14 Januari 2014
Tugas Essay Patofisiologi Luka Bakar
TUGAS PATOFISIOLOGI
OLEH :
YAN HEIN TANAWANI
01 0084 0059
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAYAPURA
2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena bila bukan
karena rahmatNya kami tidak akan mampu menyelesaikan penulisan laporan ini. Tidak lupa
kami berterima kasih pula untuk Dosen Pembimbing dr. Samdei dan jajaranya atas panduan
dan bimbingan selama proses belajar mengajar.
Pada laporan ini kami akan membahas tentang Luka Bakar. Dengan harapan bahwa
laporan bukan hanya sekedar persyaratan akademis, atau bahasa awamnya ”supaya lulus, saja
melainkan juga dapat bermanfaat bagi orang-orang yang membacanya, khususnya yang
berpatisipasi langsung dalam dunia kedokteran.
Penulis
Yan Hein Tanawani
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang
katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaannya, kehidupan sosialnya,
keterbatasan yang ditimbulkan dan perihal keuangan yang dikeluarkan untuk
pengobatannya. Aspek medikolegal menuntut seorang dokter untuk melakukan
pemeriksaan terhadap seseorang yang mengalami luka bakar baik yang masih hidup
ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada banyak kejadian dimana luka bakar
terjadi pada korban kekerasan, dimana diperlukan keahlian khusus untuk
membedakan apakah luka bakar terjadi saat korban masih hidup (antemortem)
ataukah saat korban sudah meninggal (postmortem) untuk mencari penyebab
kematian yang sebenarnya.(1,3)
Penyembuhan luka yang tidak sempurna dan cacat, bisa membatasi aktivitas
fisik maupun mengganggu citra diri pasien. Selain mengalami gangguan fisik pasien
luka bakar juga mengalami masalah kecemasan akibat sekuele dari emosinya dan
gejala yang timbul bisa bermacam- macam, diantaranya depresi, ansietas, delirium
dan gangguan stress pasca trauma. Hal seperti ini bisa berdampak pada timbulnya
berbagai gangguan kejiwaan, karena penderita tidak saja mengalami penderitaan fisik,
tetapi juga bisa meluas dan berdampak pada psikologis dan sosial. Dampak sosial
akibat luka bakar bisa menimbulkan keresahan yang sangat mendalam tidak hanya
pasien, akan tetapi juga pada keluarga, masyarakat bahkan negara. Rasa takut
berlebihan terhadap keadaan ini dirasakan masih tetap berakar pada seluruh lapisan
masyarakat. Oleh karenanya rasa takut yang berlebihan dan prasangka terhadap
kondisinya, ada kecenderungan penderita atau mantan penderita diperlakukan tidak
manusiawi seperti ditolak oleh keluarganya, ditinggalkan oleh suami atau istrinya,
dibuang secara paksa, diusir dari perkampungan, dikucilkan atau dipasung oleh
keluarga, dikeluarkan darisekolah, ditolak untuk bekerja, mendapat perlakuan kejam,
dihina dan biasanya penderita tidak mengeluh bila hal ini terjadi, bahkan cenderung
mengikuti perlakuan yang ada, dengan alasan untuk melindungi keluarga. Dari sekian
banyak permasalahan yang muncul, masalah psikologis merupakan masalah yang
paling serius bagi penderita lukabakar.(1)
BAB II
ISI
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat terpajan suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat akan menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang di tentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya lika tergantung pada dalam, luas dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keadaan prognosis.(3)
B. Etiologi dan Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber panas kepada tubuh. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit. Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi; (4, 5)
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus jaringan sampai kedalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Luka bakar yan disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
7. Radiasi. (5)
Kulit adalah organ terluar manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran intrakapiler ke interstitial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akan menyebabkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier penahan penguapan.
`Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, meekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Secara sistemik luka bakar dapat menimbulkan respons dari berbagai system tubuh seperti system kardiovaskuler, system pernapasan,system eksresi dan system pencernaan atau gastrointestinal (lihat table 1).( 4 )
Table 1. systemic responses to burn injury
Respons Imun
Cedera termal atau luka bakar menjadi peluang terjadinya sepsis yang kemudian jika tidak ditangani segera akan berlanjut menjadi kegagalan multiple organ, yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar. Aktivasi kaskade pro-inflamasi setelah lukka bakar adalah penyebab untuk pengembangan disfungsi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap sepsis, dan kegagalan multiple organ. Selain itu cedera termal meningkatkan aktivitas makrofag sehingga meningkatkan kapasitas produktif untuk mediator pro inflamasi (prostaglandin E2, intermedia nitrogen reaktif, IL-1β, TNF-α, dan IL-6).
Cedera termal memulai reaksi inflamasi sistemik dengan memproduksi racun dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Metabolit oksigen reaktif menyebabkan kehancuran dan kerusakan membran sel dengan perosidase lipid. Hubungan antara jumlah produk dari metabolisme oksidatif dan radikal bebas alami menentukan hasil dari kerusakan jaringan lokal dan lebih lanjut ke kegagalan organ.( 5)
D
Gambar 1. Immune response to thermal burn injury. IL: interleukin; PGE2: prostaglandin E2; TNF-a: tumor necrosis alpha; iNOS: inducible nitric oxide synthase; IF-g: interferon gamma.5
C. Klasifikasi Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat luka bakarnya, dan harus objektif. Patokan yang masih dipakai dan diterima luas adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace. Luka bakar yang terjadi pada daerah muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka bakar di tungkai bawah, kita mesti sangat waspada terhadap timbulnya obstruksi jalan napas.(1,4)
Gambar 2. Luas luka bakar (sumber : Saraf S, Parihar S. Burns Management: A Compendium, 2007 ).4
Keadaan luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar memperdalam luka bakar.
Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III, yaitu : (1)
a. Luka derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam waktu 5-7 hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.
b. Luka derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada epitel yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebacea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga mniggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembulu karena permeabilitas dindingnya meningkat.
c. Luka derajat III meliputi seluruh kadalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya skar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi jaringan kulit. Kulit tampak pucat abu- abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.
Gambar 3. Derajat kedalaman luka bakar
D. Penanganan luka bakar
Upaya pertama penanganan trauma luka bakar
o mematikan api pada tubuh(misalnya menyelimuti dan menutup bagian tubuh yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala).
o akhiri dengan segera kontak dengan bahan panas (misalnya mencelupkan bagian yang terbakar atau mencebur diri ke air dingin, atau melapaskan baju yang tersiram oleh air panas).
o meredamkan daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air selama kurang lebih 15 meint (upaya ini bertujuan untuk meminimalisir derajat kerusakan jaringan).( 2 )
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah pada daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa- sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat pula dirawat secara tertutup atau terbuka. Pada luka bakar luas dan dalam pasien harus segera dibawa ke Rumah sakit terdekat untuk di tangani oleh para medis. Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infus dan penutup kain yang bersih, bila memakai mobil atau sejenisnya pasien diletakan terbaring. Walaupun terdapat trauma yang disertakannya, luka bakar yang paling berpotensi menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan terlebih dahuli di trauma center sebelum di tranfer ke unit luka bakar.(1)
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukan gejala syok. Bila penderita menunjukan gejala terbakarnya jalan napas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen murni. (1)
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak- banyak dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatannya terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Bila perlu penderita dimandikan terlebih dahulu. (1)
Pemberian Cairan Intravena. Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti. Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan :(2)
1. Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
2. Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem plasma diperlukan untuk menggati plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana itu menggunakan larutan Ringer (dosis: luas luka bakar(%)X BB(kg)X4ml larutan ringer). Separuh dari cairan ini diberikan 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan harus di perhatikan dengan baik, karen fluktuasi perubahan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar. Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda kejang- kejang.
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberian berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/ atau toksoid. (1)
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500- 3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi penderita Luka Bakar. (1)
Minuman diberikan pada penderita luka bakar :
o Segera setelah peristalsis menjadi normal
o Sebanyak 25 ml/ kg BB/ hari
o Sampai diuresis sekurang- kurangnya mencapai 30 ml/jam
|
Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar :
o Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
o Sedapat mungkin 2500 kalori/ hari
o Sedapat mungkin mengandung 100- 150 gr pro/ hari
|
Sebagai tambahan diberikan setiap hari :
o Vitamin A, B, dan D
o Vitamin C 500 mg
o Fe sulfat 500 mg
o Mukoprotektor
|
Tindak Bedah Luka Bakar
Pemotongan eskar atau eskarotomi (potong keropeng) dilakukan pada luka bakar pada derajat tiga yang melingkar pada ekstremitass atau tubuh karena pengerupan keropen dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan rasa sampai kebas pada ujung- ujung distal. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke 3 sampai hari ke 7 dan pasti boleh dilakukan pada hari ke 10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat menjadi perdarahan yang cukup banyak. (3)
Luka bakar yang telah dbersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin graft autologus). Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat II dalam dan derajat III dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya koloid dan jaringan paru yang hipertropik. Skin grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi. (3)
Permasalahan Luka Bakar
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menggaggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetik yang jelek sekali, terutama bila jaringan parut tersebut berupa koloid. (3)
BAB III
ANALISA MASALAH
1. Apa saja penyebab dari luka bakar?
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi:
Ø Luka Bakar Termal
Ø Luka Bakar Radiasi
2. Apa saja derajat luka bakar pada kasus ini?
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita.
Ø Luka bakar derajat I
Ø Luka bakar derajat II
Ø Luka bakar derajat III
3. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Luka Bakar?
Ø Hitung darah lengkap: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.
Ø Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
Ø Alkalin fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan pompa natrium.
Ø Urine: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.
Ø Foto rontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi
Ø Scan paru: untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
Ø EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
Ø BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
Ø Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
Ø Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Ø Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan
Ø Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
4. Apakah komplikasi dari luka bakar?
Ø Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli paru
Ø Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
Ø Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung
Ø Syok luka bakar dapat secara irreversible merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam 1 atau 2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas)
Ø Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum .
Ø Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan yang luas
Ø Pada luka bakar yang luas akan menyebabkan kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timgul setiap saat setelah luka bakar. Gejala-gejala dapat datang dan pergi berulang-ulang kapan saja seumur hidup.
5. Bagaimana primary survey dan pengelolaannya pada pasien luka bakar?
Ø Pembebasan jalan nafas (airway) dan kontrol C-spine
Ø Penilaian pernafasan (breathing)
Ø Penilaian sirkulasi (circulation)
Ø Penilaian kesadaran (disability)
Ø Kontrol lingkungan (exposure)
Ø Apabila didapat pasien dengan Luka Bakar, apakah perlu dirawat Inap dan apa Indikasinya? Adapun indikanya sebagai berikut :
- Dewasa: luka bakar lebih dari 15 % (derajat II)
Anak-anak: luka bakar lebih dari 10 % (derajat II)
- Luka bakar derajat III dan lebih dari 2 %
- Luka bakar yang mengenai daerah yang penting, yaitu:
a. Muka dan leher
b. Genitalia
c. Ekstremitas
6. Bagaimana prognosis luka bakar?
Orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko mortaitas yang tinggi sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak-anak yang berusia di atas 5 tahun dan pada dewasa yang berusia 40 tahun atau kurang. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar sendiri akan memperberat prognosis pasien. Berat ringan luka bakar tergantung pada kedalaman luka bakar, luas luka bakar, agent, riwayat penyakit, dan trauma.(1)
BAB IV
KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh paparan api, scalds (air panas), uap panas, gas panas,aliran listrik, zat kimia dan radiasi.paparan tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat dan cairan bergeser dari intravaskuler ke interstisial. Ringan dan beratnya suatu luka bakar tergantung dari luas luka dan kedalamannya. Luka bakar ringan ataupun berat, keduanya dapat berdampak fatal pada penderita bila penanganannya tidak segera dilakukan dengan tepat.
Penanganan luka bakar awal yaitu dengan menghentikan sumber api atau putuskan kontak dengan sumber benda panas, rendam atau siram bagian tubuh yang terbakar dalam air dingin selama 15 menit untuk menurunkan suhu dan meminimalisir kerusakan jaringan. Setelah itu lakukan penanganan lanjutan seperti membersihkan luka bakar dengan antiseptik,berikan antibiotic,berikan analgesic, berikan cairan IV jika berat,hingga bedah dan fisioterapi jika luka bakar mengganggu fungsi sendi atau terapi psikologi jika pasien tidak dapat menerima keadaan fisik pasca trauma luka bakar berat (misalnya jika terjadi di wajah atau tangan).
Langganan:
Postingan (Atom)